Dari Ratu Dunia Menjadi Racun Dunia,Tantangan Jurnalis Modern

Jakarta,jawakini.com – Ketika wartawan hanya sibuk menyalin sambutan dan memotret senyum pejabat, jurnalisme kehilangan nyalinya, ia bukan lagi mata yang tajam memandang kebenaran, melainkan cermin kusam yang hanya memantulkan pencitraan kekuasaan.

Padahal, dalam sejarahnya, profesi wartawan kerap dijuluki ratu dunia, karena kekuatan pena dan datanya mampu mengguncang kursi kekuasaan.

Julukan itu bukan tanpa alasan, wartawan sejati memegang mandat moral untuk memastikan publik tahu apa yang sesungguhnya terjadi, bukan apa yang ingin ditampilkan penguasa.

Dengan satu tulisan, jurnalis bisa mengubah kebijakan, menyelamatkan hak rakyat, bahkan menggugah nurani bangsa.

Namun kini, di tengah budaya seremoni dan press release, sebagian media justru bertransformasi menjadi racun dunia, berita tak lagi lahir dari investigasi, melainkan dari undangan, fakta tidak diverifikasi, cukup dikutip, wartawan tidak lagi berdiri di barisan rakyat, tapi di belakang podium pejabat.

Ketika media kehilangan fungsi kontrolnya, informasi berubah menjadi alat pengendali, bukan alat pembebasan.

Ratu dunia menjadi racun dunia ketika kekuatan informasi dipakai untuk menutup kebenaran, bukan mengungkapnya.

Racun itu menyebar halus lewat judul manis, foto peresmian, dan kalimat birokratis yang tak menggigit, membuat publik terlena bahwa semua baik-baik saja, padahal ada kebocoran besar di baliknya.

Maka, tugas jurnalis hari ini adalah memulihkan marwah ratu dunia, mengembalikan keberanian bertanya, menelusuri data, dan menulis untuk kepentingan publik. Sebab tanpa jurnalisme yang berani, demokrasi hanya tinggal upacara, dan media hanya menjadi pengeras suara kekuasaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *