BOJONEGORO, jawakini.com – Memasuki musim tanam padi, petani di Kecamatan Sumberjo, Bojonegoro, dihadapkan pada keresahan serius: kuota pupuk subsidi dilaporkan telah habis untuk tahun ini. Kondisi ini mengancam keberhasilan panen dan memicu pertanyaan dari para petani mengenai solusi dari pemerintah daerah.
Keresahan Petani Kecil
Salah seorang petani Sumberjo, Sujito, mengungkapkan kekhawatiran yang ia rasakan bersama rekan-rekan seprofesinya saat ditemui jawakini.com pada Rabu (19/11/2025).
“Saat ini kami mulai masuk musim tanam padi lagi, Mas. Yang membuat petani di sini resah yaitu soal pupuk subsidi yang katanya sudah habis kuotanya untuk tahun ini. Yang kami pertanyakan, bagaimana solusinya?” ujar Sujito.
Ia mempertanyakan apakah petani harus menghentikan aktivitas menanam sambil menunggu kuota tahun depan. Sujito juga menegaskan keberatan petani kecil untuk beralih ke pupuk non-subsidi. “Waduh, kalau soal itu kita petani kecil keberatan karena harganya yang mahal,” tambahnya.
Keresahan ini diperparah oleh adanya informasi yang simpang siur. Sujito mengaku pernah mendengar pernyataan Kepala Dinas Pertanian bahwa pupuk masih tersedia 53 ton.
Distributor,Beli Pupuk Non-Subsidi Jadi Pilihan Terakhir
Di sisi lain, distributor pupuk, Umar Sholikin dari Luas Nusa saat dihubungi lewat pesan WhatsApp membenarkan adanya keterbatasan pupuk di lapangan. Ia menyebut bahwa ketersediaan pupuk subsidi memang tinggal sedikit.
“Ada beberapa desa yang jatahnya tinggal sedikit, dan ada pula kuotanya habis,” kata Sholikin.
Saat ditanya mengenai solusi bagi desa yang kuotanya benar-benar habis, Sholikin memberikan jawaban yang mengacu pada kebijakan harga, yaitu membeli pupuk non-subsidi.
Klarifikasi Dinas Pertanian, Sisa Kuota Belum Hangus
Menanggapi keresahan petani, Kepala Dinas Pertanian (Disperta), Zaenal Fanani, memberikan klarifikasi penting. Ia memastikan bahwa pupuk masih tersedia, namun dalam sisa kuota yang harus segera ditebus agar tidak hangus.
“Pupuk masih ada,” tegas Zaenal Fanani.

Ia merinci bahwa per 30 Oktober, sisa pupuk di Bojonegoro masih tercatat sekitar 38.977,53 ton. Fanani pun mengimbau agar para petani segera melakukan penebusan.
“Jadi biar tidak hangus kuotanya, sekali lagi silakan ditebus,” imbau Zaenal Fanani, mengingatkan pentingnya penebusan sebelum akhir tahun 2025.
Situasi pupuk yang semakin menipis ini menuntut petani Sumberjo untuk bergerak cepat. Dengan sisa kuota yang terancam hangus di akhir tahun, kecepatan petani dalam menebus sisa pupuk 38 ribu ton menjadi kunci penentu keberhasilan panen di musim tanam ini. Sementara itu, opsi pupuk non-subsidi masih menjadi dilema besar yang harus segera dicarikan solusi harga oleh pihak terkait agar produktivitas pangan lokal tidak terganggu.(BG)












