Program MBG Presiden di Tuban Terancam Sekadar Formalitas Kualitas Gizi Jadi Taruhan

TUBAN,Jawakini.com – Program strategis Makan Siang Bergizi (MBG), yang digadang-gadang oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai investasi masa depan bangsa, kini menghadapi kontroversi serius di Kabupaten Tuban. Temuan di lapangan menunjukkan adanya penurunan mutu yang drastis, mengancam tujuan utama program ini untuk mencetak generasi cerdas dan sehat.

Kekhawatiran utama muncul dari Lembaga Pendidikan Islam “AL-AMIN” di Desa Mojomalang, Kecamatan Parengan. Wali murid di lokasi tersebut mengungkapkan bahwa menu MBG yang disajikan tidak mencerminkan standar gizi yang layak.

Menu yang diterima anak-anak digambarkan sangat minim, menimbulkan pertanyaan besar tentang pemenuhan kebutuhan makronutrien penting:

  1. Nasi Putih
  2. Protein: Hanya sepotong tempe dan irisan daging yang sangat kecil dan tipis.
  3. Sayuran: Tiga potong kacang panjang dan wortel.
  4. Buah: Satu buah pisang.

“Kami kecewa. Program sebesar ini seharusnya menjamin gizi yang memadai, bukan sekadar pelengkap atau formalitas agar program terlihat berjalan,” ujar salah satu wali murid dengan nada getir.(8/12/2025)

Kritik tajam tidak hanya tertuju pada kuantitas, tetapi juga pada monotonitas dan minimnya keragaman menu. Wali murid mengeluhkan menu yang disajikan cenderung berulang, jauh dari konsep makanan yang bergizi dan bervariasi seperti yang diamanahkan oleh Presiden.

“Saya sudah bosan melihat menu ini. Jika begini terus, bagaimana anak-anak bisa mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung kecerdasan mereka? Ini tidak sesuai dengan arahan untuk menyediakan makanan yang kaya dan beragam,” tambah wali murid lainnya.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan krusial: Jika kualitas dan keragaman gizi tidak terjamin, sejauh mana program MBG benar-benar mampu mendorong pertumbuhan kognitif anak bangsa?

Permasalahan di Tuban ini menyoroti adanya kebocoran kualitas antara kebijakan tingkat tinggi dengan implementasi di dapur penyedia. Ini berpotensi merusak citra program dan memicu hilangnya kepercayaan publik.

Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, pihak pengelola dapur MBG yang bertanggung jawab atas pengadaan makanan tersebut tidak dapat dihubungi. Minimnya akses komunikasi ini semakin memperkuat spekulasi mengenai kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana dan kualitas program di tingkat daerah.

Pemerintah diminta segera turun tangan untuk melakukan audit kualitas secara mendalam dan memastikan bahwa program MBG tidak hanya menjadi proyek simbolis, melainkan benar-benar berdampak positif bagi gizi anak-anak di Tuban.(Red)

Penulis: Bray

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *